Cari Blog Ini

Selasa, 13 Maret 2012

Kisah Yuki-Onna si Wanita Salju

Kisah Yuki-Onna (Wanita Salju)
Merupakan salah satu kisah hantu
klasik di Jepang, yang sudah sering
diangkat dalam bentuk Opera, bahkan
pernah dibuat dalam bentuk film
klasik. Kisah hantu tidak klasik
ditandai dengan adegan berdarah-
darah, namun lebih merupakan cerita
yang yang diisi tokoh manusia dan
hantu yang melibatkan percintaan,
kesedihan yang dalam dan tragedi.
Cerita dimulai dari dua orang
penebang kayu bernama Mosaku dan
Minokichi yang hidup di daerah
provinsi Musashi (terletak di antara
Tokyo dan Saitama), Mosaku adalah
seorang pria yang berada di usia
senja, sementara muridnya , Minokichi
adalah seorang pemuda tegap
berumur 18 tahun. Setiap hari mereka
berangkat pagi-pagi sekali ke sebuah
hutan yang jaraknya 5 mil dari desa
mereka. Di antara desa mereka dan
hutan yang dituju ada sebuah sungai
besar yang beraliran deras. Begitu
derasnya arus sungai tersebut
sehingga tidak ada jembatan yang
kuat menahan arus (jembatan yang
ada selalu rusak akibat terjangan arus
deras). Siapapun yang ingin
menyebrangi sungai harus
melewatinya dengan bantuan kapal
penyebrang kecil.
Suatu hari Mosaku dan Minokichi
sedang dalam perjalan pulang. Ketika
itu cuaca begitu dingin dan mulai
turun badai salju. Saat sampai di di
tepi sungai, mereka menemukan
bahwa si pengayuh perahu yang
menyebrangkan mereka telah pulang
ke rumah dan meninggalkan
perahunya karena cuaca buruk. Sadar
bahwa mereka tidak mungkin
menyebrangi sungai, mereka
memutuskan bermalam di pondok
sementara si pengayuh perahu.
Pondok itu benar-benar sederhana,
hanya terdiri dari sebuah ruangan
tanpa jendela yang berisi dua buah
Tatami, tanpa perabotan apapun.
Mosaku dan Minokichi yang sudah
lelah segera menutup pintu agar salju
tidak masuk ke dalam pondok,lalu
kemudian beristirahat. Mereka merasa
cukup hangat dan nyaman sehingga
Mosaku yang lanjut usia tak lama
berbaring langsung tertidur pulas,
sementara Minokichi yang masih
muda termenung mendeangar suara
angin yang menderu yang disertai
arus sungai yang bertambah deras.
Badai tidak mereda dan udara malah
bertambah dingin, namun setelah
bersusah payah skhirnya Minokichi
tertidur juga.Entah telah berapa lama
Minokichi tertidur, tiba-tiba ia
terbangun karena merasakan butir-
butir salju yang lembut di wajahnya.
Ternyata pintu pondok yang mereka
diami telah terbuka dengan paksa.
Minokichi melihat seorang wanita
dalam pondok, wanita yang putih
seperti salju dan memancarkan
cahaya seperti salju (Yuki-Akari)
sedang membungkuk diatas Mosaku.
Ia tengah meniupkan nafasnya yang
dingin menyerupai asap putih kepada
Mosaku. Minokichi benar-benar
terkejut dan ketakutan, ia ingin
menjerit namun tak ada sebuah suara
pun yang keluar dari mulutnya. saat
itulah sang wanita misterius itu
beradu pandang dengannya, ia
mendekatkan wajahnya pada
Minokichi. Dalam ketakutan yang
amat sangat, Minokichi merasakan
bahwa wanita yang berada di
hadapannya adalah seorang wanita
yang amat cantik, walaupun sorot
matanya membuat tubuhnya gemetar
dalam ketakutan.
Wanita itu terus menatap Minokichi
dan tiba-tiba tersenyum dan berkata,
“aku ingin memperlakukanmu sama
seperti orang lain, tapi aku kasihan
padamu. Kau, masih muda, begitu
tampan, Minokichi. Aku tidak akan
menyakitimu tapi jika kau
memberitahu siapapun termasuk
ibumu tentang apa yang terjadi
malam ini… maka aku akan
membunuhmu! Ingat apa yang telah
kukatakan ini.” Seusai wanita salju
itu berkata, ia meninggalkan
Minokichi sendirian. Mengira bahwa
itu hanyalah mimpi, Minokichi segera
bangun dan melihat keluar namun ia
tidak melihat siapapun atau apapun.
Sambil menutup pintu ia bertanya-
tanya apakah bukan angin yang
membuka pintu pondok tadi. Ia
memanggil Mosaku namun tidak ada
jawaban. Minokichi mengulurkan
tangan untuk menyentuh Mosaku dan
tanpa sengaja ia menyentuh wajah
Mosaku, dan ternyata wajahnya telah
membeku. Mosaku telah meninggal.
Ketika fajar tiba, badai pun berakhir
dan si pengayuh perahu menemukan
Minokichi yang tergeletak pingsan di
samping Mosaku yang telah
meninggal. Ia membawa keduanya
menyebrang, lalu menguburkan
jenazah Mosaku. Sementara Minokichi
dibawa pulang kerumahnya. Setelah
sembuh, Minokichi tidak dapat
langsung melupakan kejadian yang
telah ia alami. Ia dihantui oleh
kematian Mosaku, namun ia
bersikeras untuk menceritakan
kejadian itu pada siapapun, karena ia
tidak ingin kehilangan nyawanya.
Lama berselang, Minokichi baru berani
kembali pada pekerjaan sehari-
harinya, menebang kayu,
membelahnya menjadi potongan-
potongan kecil, lalu menjual kayu
tersebut ke pasar dengan bantuan
ibunya.
Pada musim dingin tahun berikutnya,
Minokichi sedang berada dalam
perjalanan pulang melalui jalan
setapak di hutan, saat ia berpapasan
dengan seorang gadis yang amat
cantik, berkulit putih indah, yang
hendak melalui jalan yang sama.
Minokichi pun menyapa gadis itu dan
tanpa disangka gadis itu menjawab
dengan suara yang menurut Minokichi
adalah suara yang paling merdu
didengarnya. Mereka pun mulai
berjalan bersama dan bercakap-
cakap. Si gadis menceritakan bahwa ia
bernama O-Yuki, ia telah kehilangan
kedua orangtua, dan untuk
menyambung hidupnya ia akan pergi
ke Yedo (Edo atau Tokyo) untuk
mencari kerabatnya agar dapat
membantu mencarikannya pekerjaan
sebagai pelayan.
Entah apa yang dirasakan Minokichi,
namun rasanya gadis itu nampaknya
makin cantik dimatanya. Minokichi
pun mulai merasa suka pada gadis itu,
sehingga ia memberanikan diri untuk
bertanya apakah gadis itu sudah
memiliki pasangan. Gadis itu tertawa
sambil mengatakan bahwa ia belum
memiliki pasangan atau kekasih. Ia
pun balik bertanya apakah Minokichi
telah memiliki pasangan, dan
Minokichi menjawab bahwa ia pun
belum memilikinya. Setelah
pernyataan ini maka kedua muda-
mudi ini tidak berbicara lagi sampai
mereka tiba di desa tempat tinggal
Minokichi. Namun dalam hati masing-
masing telah tumbuh rasa saling
menyukai. Maka Minokichi
mengundang O-Yuki untuk singgah
dan beristirahat di rumahnya. O-Yuki
ternyata bukan hanya gadis cantik,
namun juga berkelakuan baik. Ibu
Minokichi pun tak butuh waktu lama
untuk menyukainya. Sampai ia
membujuk agar O-Yuki mau menunda
perjalanannya ke Yedo. Pada akhirnya
O-Yuki tidak pernah melanjutkan
perjalanannya ke Yedo, melainkan
menetap di desa itu dan tinggal
bersama Minokichi dan ibunya,
sebagai istri dan menantu.
Lima tahun kemudian ibu Minokichi
meninggal, O-Yuki tetap bersama-
sama Minokichi, bahkan ia telah
melahirkan 10 orang anak lelaki dan
perempuan bagi Minokichi. Semuanya
tampan dan cantik, serta memiliki
kulit putih seindah ibunya. Banyak
penduduk desa yang mengagumi O-
Yuki. Kebanyakan petani tampak tua
setelah melahirkan anak, namun O-
Yuki yang telah menjadi ibu 10 anak
tetap terlihat cantik. Secantik saat
pertama kedatangannya di desa,
mereka.
Suatu malam setelah anak-anak tidur,
O-Yuki menjahit dibantu dengan
sebuah cahaya dari lampu kertas.
Minokichi yang sedang menatapnya,
tiba-tiba berkata, “Melihat kau
menjahit dengan pantulan cahaya di
wajahmu, aku teringat suatu hal aneh
yang terjadi saat aku masih berusia 18
tahun. Kala itu aku melihat seorang
wanita yang secantik dan seputih
dirimu… dan ia memang mirip
denganmu… “
Tanpa menghentikan pekerjaannya,
O-Yuki bertanya, ”ceritakanlah
padaku, dimana kau bertemu
dengannya?” lalu Minokichi mulai
bercerita tentang Mosaku dan
pengalamannya di pondok pengayuh
perahu. “Entah itu sebuah mimpi
atau bukan,tapi saat-saat itulah aku
pernah melihat orang secantik
engkau. Tentu saja ia pasti bukan
manusia dan aku sangat takut
padanya. Hingga sekarang pun aku
tidak yakin apakah yang aku lihat itu
mimpi atau memang benar-benar
seorang wanita salju.”
O-Yuki langsung melemparkan
jahitannya. Ia mendekati suaminya
dan berseru, “itu adalah aku!
Bukankah aku telah mengatakan
bahwa aku akan membunuhmujika
cerita itu pernah keluar dari mulutmu.
Sekarang, demi anak-anak kita…” O-
Yuki tetap berteriak namun suaranya
menjadi penuh kesedihan, “jagalah
aak-anak kita, karena jika kamu tidak
melakukannya, maka aku akan
melakukan hal yang pernah aku
katakana padamu…”
Minokichi tidak sempat berkata apa-
apa. O-Yuki mulai tidak terlihat dan
kemudian menguap menjadi butir-
butir salju yang halus,yang
menghilang melalui cerobong asap.
sejak saat itu, ia tidak pernah terlihat
lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar