Cari Blog Ini

Jumat, 09 Maret 2012

teknologi kuno indonesia

Di zaman dahulu kala, para nenek
moyang kita sudah menemukan
banyak penemuan yang terbilang
canggih. Tetapi sayang sekali banyak
orang Indonesia sendiri tidak
menyadarinya. Kali ini ane mau
menulis beberapa teknologi kuno
nenek moyang Indonesia.
1. Borobudur Bukti kecanggihan
teknologi dan arsitektur
Borobudur adalah candi yang
diperkirakan mulai dibangun sekitar
824 M oleh Raja Mataram bernama
Samaratungga dari wangsa
Syailendra.
Borobudur merupakan bangunan
candi yang sangat megah. Tidak
dapat dibayangkan bagaimana nenek
moyang kita membangun Borobudur
yang demikian berat dapat berdiri
kokoh dengan tanpa perlu
memakukan ratusan paku bumi
untuk mengokohkan pondasinya, tak
terbayangkan pula bagaimana batu-
batu yang membentuk Borobudur itu
dibentuk dan diangkut ke area
pembangunan di atas bukit.
Bahkan dengan kecanggihan yang
ada pada masa kini, sulit membangun
sebuah candi yang mampu menyamai
candi Borobudur. Borobudur juga
mengadopsi Konsep Fraktal.
Fraktal adalah bentuk geometris yang
memiliki elemen-elemen yang mirip
dengan bentuknya secara
keseluruhan. Candi borobudur sendiri
adalah stupa raksasa yang di
dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain
yang lebih kecil. Terus hingga
ketidakberhinggaan. Sungguh
mengagumkan nenek moyang kita
sudah memiliki pengetahuan seperti
itu. Bangunan Candi Borobudur
benar-benar bangunan yang luar
biasa.
2. Kapal Jung Jawa Teknologi kapal
raksasa
Jauh sebelum Cheng Ho dan
Columbus, para penjelajah laut
Nusantara sudah melintasi sepertiga
bola dunia. Meskipun sejak 500 tahun
sebelum Masehi orang-orang China
sudah mengembangkan beragam
jenis kapal dalam berbagai ukuran,
hingga abad VII kecil sekali peran
kapal China dalam pelayaran laut
lepas.
Dalam catatan perjalanan keagamaan
I-Tsing (671-695 M) dari Kanton ke
Perguruan Nalanda di India Selatan
disebutkan bahwa ia menggunakan
kapal Sriwijaya, negeri yang ketika itu
menguasai lalu lintas pelayaran di
"LautSelatan". Pelaut Portugis yang
menjelajahi samudera pada
pertengahan abad ke-16 Diego de
Couto dalam buku Da Asia,terbit
tahun 1645 menyebutkan, orang
Jawa lebih dulu berlayar sampai ke
Tanjung Harapan, Afrika, dan
Madagaskar.
Ia mendapati penduduk Tanjung
Harapan awal abad ke-16 berkulit
cokelat seperti orang Jawa. "Mereka
mengaku keturunan Jawa," kata
Couto, sebagaimana dikutip Anthony
Reid dalam buku Sejarah Modern
Awal Asia Tenggara. Berdasarkan
relief kapal di Candi Borobudur
membuktikan bahwa sejak dulu
nenek moyang kita telah menguasai
teknik pembuatan kapal.
Kapal Borobudur telah memainkan
peran utama dalam segala hal dalam
bahasa Jawa pelayaran, selama
ratusan ratus tahun sebelum abad
ke-13. Memasuki abad ke-8 awal,
kapal Borobudur digeser oleh Jung
besar Jawa, dengan tiga atau empat
layar sebagai Jung. Kata "Jung"
digunakan pertama kali dalam
perjalanan biksu Odrico jurnal, Jonhan
de Marignolli, dan Ibn Battuta
berlayar ke Nusantara, awal abad
ke-14.
Mereka memuji kehebatan kapal Jawa
raksasa sebagai penguasa laut Asia
Tenggara. Teknologi pembuatan Jung
tak jauh berbeda dari karya kapal
Borobudur; seluruh badan kapal
dibangun tanpa menggunakan paku.
Disebutkan, jung Nusantara memiliki
empat tiang layar, terbuat dari papan
berlapis empat serta mampu
menahan tembakan meriam kapal-
kapal Portugis. Bobot jung rata-rata
sekitar 600 ton, melebihi kapal
perang Portugis. Jung terbesar dari
Kerajaan Demak bobotnya mencapai
1.000 ton yang digunakan sebagai
pengangkut pasukan Nusantara
untuk menyerang armada Portugis di
Malaka pada 1513.
Bisa dikatakan, kapal jung Nusantara
ini disandingkan dengan kapal induk
di era modern sekarang ini.
3. Keris Kecanggihan teknologi
penempaan logam
Teknologi logam sudah lama
berkembang sejak awal masehi di
nusantara. Para empu sudah
mengenal berbagai kualitas
kekerasan logam.
Keris memiliki teknologi penempaan
besi yang luar biasa untuk ukuran
masyarakat di masa lampau.
Keris dibuat dengan teknik
penempaan,bukan dicor. Teknik
penempaan disertai pelipatan
berguna untuk mencari kemurniaan
besi, yang mana pada waktu itu
bahan-bahan besi masih komposit
dengan materi-materi alam lainnya.
Keris yang mulanya dari lembaran
besi yang dilipat-lipat hingga kadang
sampai ribuan kali lipatan sepertinya
akan tetap senilai dengan prosesnya
yang unik, menarik dan sulit.
Perkembangan teknologi tempa
tersebut mampu menciptakan satu
teknik tempa Tosan Aji ( Tosan = besi,
Aji = berharga).
Pemilihan akan batu meteorit yang
mengandung unsur titanium sebagai
bahan keris, juga merupakan
penemuan nenek moyang kita yang
mengagumkan. Titanium lebih
dikenal sebagai bahan terbaik untuk
membuat keris karena sifatnya ringan
namun sangat kuat. Kesulitan dalam
membuat keris dari bahan titanium
adalah titik leburnya yang mencapai
60 ribu derajat celcius, jauh dari titik
lebur besi, baja atau nikel yang
berkisar 10 ribu derajat celcius.
Titanium ternyata memiliki banyak
keunggulan dibandingkan jenis unsur
logam lainnya. Unsur titanium itu
keras, kuat, ringan, tahan panas, dan
juga tahan karat. Unsur logam
titanium baru ditemukan sebagai
unsur logam mandiri pada sekitar
tahun 1940, dan logam yang
kekerasannya melebihi baja namun
jauh lebih ringan dari besi. Dalam
peradaban modern sekarang,
titanium dimanfaatkan orang untuk
membuat pelapis hidung pesawat
angkasa luar, serta ujung roket dan
peluru kendali antar benua
4. Benteng Keraton Buton Arsitektur
bangunan untuk pertahanan
Di Buton, Sulawesi Tenggara ada
Benteng yang dibangun di atas bukit
seluas kurang lebih 20,7 hektar.
Benteng yang merupakan bekas
ibukota Kesultanan Buton ini memiliki
bentuk arsitek yang cukup unik,
terbuat dari batu kapur.
Benteng yang berbentuk lingkaran ini
memiliki panjang keliling 2.740 meter.
Benteng ini memiliki 12 pintu gerbang
dan 16 pos jaga / kubu pertahanan
(bastion) yang dalam bahasa
setempat disebut baluara.
Tiap pintu gerbang (lawa) dan
baluara dikawal 4-6 meriam. Jumlah
meriam seluruhnya 52 buah. Pada
pojok kanan sebelah selatan terdapat
godana-oba (gudang mesiu) dan
gudang peluru di sebelah kiri.
Letaknya pada puncak bukit yang
cukup tinggi dengan lereng yang
cukup terjal memungkinkan tempat
ini sebagai tempat pertahanan
terbaik di zamannya. Benteng ini
menunjukkan betapa hebatnya ahli
bangunan nenek moyang kita dalam
membuat teknologi bangunan untuk
pertahanan
5. Si Gale gale Teknologi Robot
tradisional Nusantara
Orang Toba Batak Sumatra utara
pada zaman dahulu sudah bisa
membuat robot tradisional yang
dikenal dengan sebutan si gale-gale.
Boneka ini menguasai sistem
kompleks tali yang dibuat sedemikian
rupa. Melalui tali yang ditarik ulur
inilah boneka itu dapat membungkuk
dan menggerakan "tangannya"
sebagai mana layaknya orang menari.
Menurut cerita, Seorang Raja dari
Suku Karo di Samosir membuat
patung dari kayu untuk mengenang
anak satu- satunya yang meninggal
dunia. Patung kayu tersebut dapat
menari-nari yang digerakkan oleh
beberapa orang. Sigale - gale
dimainkan dengan iringan musik
tradisional khas Batak. Boneka yang
tingginya mencapai satu setengah
meter tersebut diberi kostum
tradisional Batak. Bahkan semua
gerak- geriknya yang muncul selama
pertunjukan menciptakan kesan-
kesan dari contoh model manusia.
Kepalanya bisa diputar ke samping
kanan dan kiri, mata dan lidahnya
dapat bergerak, kedua tangan
bergerak seperti tangan-tangan
manusia yang menari serta dapat
menurunkan badannya lebih rendah
seperti jongkok waktu menari. Si
gale-gale merupakan bukti bahwa
nenek moyang kita sudah dapat
membuat boneka mekanikal atau
robot walau dalam bentuk yang
sederhana. Robot tersebut diciptakan
untuk dapat meniru gerakan
manusia.
9. Tempe Pemanfaatan bioteknologi
untuk makanan
Tempe merupakan hasil bioteknologi
sederhana khas Indonesia. Nenek
moyang bangsa Indonesia telah
menggunakan Rhizopus untuk
membuat tempe dari kedelai. Semua
ini adalah penggunaan mikroba atau
mikroorganisme pada tingkat sel
untuk tujuan pangan. Sebenarnya
mengolah kedelai dengan ragi juga
dilakukan di negara lain seperti China,
Jepang, India, dll. Tetapi yang
menggunakan Rhizopus hanya di
Indonesia saja. Jadi kemampuan
membuat tempe kedelai adalah
penemuan orang Indonesia. Tempe
sudah dikenal sejak berabad- abad
lalu di Nusantara. Dalam bab 3 dan
bab 12 manuskrip Serat Centhini
dengan seting Jawa abad ke-16 telah
ditemukan kata "tempe". Kini, tempe
sudah merambah manca negara,
tidak saja karena rasa dan aromanya,
namun juga karena kandungan
gizinya. Penemuan tempe adalah
sumbangan nenek moyang kita pada
seni masak dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar